TEMBILAHAN, INHIL - Sebuah parit di Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Inhil, Riau, menghebohkan warga. Parit yang semula kering kerontang itu tiba-tiba saja berisi air. Yang membuat heboh adalah sejumlah warga mengaku setelah tersentuh oleh air itu, penyakit yang mereka idap bisa hilang.
Cerita "air ajaib" ini beredar dari mulut ke mulut dan membuat warga penasaran.
Warga pun berbondong-bondong ke Enok. Beberapa pengakuan warga yang mengaku berhasil sembuh setelah menyentuh air itu membuat kawasan itu mulai ramai. Sehari, warga yang datang bisa mencapai 1.000 hingga 2.000 pengunjung.
Dari pantauan Tribun di lokasi, Rabu (11/2), pengunjung tampak memadati lokasi parit tersebut.
Sebagian mencuci muka. Ada pula yang memandikan anaknya. Orang yang datang mencoba keampuhan air tidak hanya dari Inhil. Beberapa warga dari daerah di dekat Inhil juga berdatangan. Bahkan, ada yang datang dari Jambi, Palembang, dan Padang.
Pengakuan Warga
Syarif (50), seorang warga Enok yang ditemui, kemarin, termasuk orang pertama yang mengakui khasiat air ajaib itu. Penyakit rabun mata yang dideritanya konon bisa hilang setelah membasuh wajahnya dengan air itu. "Saya iseng saja membersihkan muka di parit itu karena airnya jernih. Eh, besoknya, kok penglihatan saya terang kembali," katanya.
Syarif mengaku penglihatannya sudah lama bermasalah."Saya memang susah sekali untuk melihat, tapi setelah saya mencuci muka di parit tersebut, rabun mata saya sedikit demi sedikit mulai menghilang," ujarnya.
Karena penasaran, ia mengaku mandi hingga tujuh kali di parit sepanjang 200 meter tersebut. "Ternyata penyakit lain di badan saya juga hilang seperti rematik dan ngilu-ngilu pada persendian," ujarnya.
Orang yang mengaku pertama kali melihat keanehan parit itu, Siti Julaiha (17), juga mengakui kakinya yang sakit karena digigit lipan kontan sembuh setelah mencelupkan kaki di parit itu. "Awal digigit lipan, rasanya sakit sekali. Saya mencoba membasuh kaki di parit itu. Setelah keluar rasa sakitnya hilang, hanya rasa panas-panas aja sedikit," katanya.
Penemuan Julaiha
Julaiha pula yang pertama kali menyadari perubahan di parit itu. Ia bercerita, pada Jumat, 31 Januari lalu sekitar pukul 22.00 WIB, ia hendak melepas hajat. Seperti kebiasaan warga lainnya, Julaiha melepas hajat di dekat parit tersebut. Ia tiba-tiba menyadari parit itu tidak seperti dulu lagi.
Dulu, parit itu dipenuhi rumput rawa. Malam itu, rumput itu lenyap sama sekali dan berganti dengan air jernih yang memenuhi parit. Meski merasa aneh, Julaiha yang malam itu ditemani kakaknya tidak terlalu memikirkan perubahan itu. Ia mengaku tidak menceritakan keanehan kepada siapapun.
Apalagi malam itu, hujan turun lebat. Jadi, wajar bila parit yang semula dipenuhi rumput, tiba- tiba dipenuhi air. Esok paginya, ia takjub, sudah banyak orang yang berada di parit itu.
"Sebagian dari mereka merasa terkejut karena parit itu muncul secara tiba-tiba dan ada yang bilang airnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti rabun, lumpuh, penyakit kulit, menghilangkan bisa (racun) serangga, dan penyakit lainnya. Orang di sini menamakan sumur ajaib karena timbul dengan sendirinya," kata Julaiha.
Toh, semula, meski pertama kali menemukan "air ajaib" itu, Julaiha tak langsung percaya. Ia baru percaya setelah kakinya kakinya digigit lipan tadi dan sembuh setelah dibasuh air parit itu.
Pikiran logis Julaiha tetap jalan. Menurutnya, bukan karena ada "sesuatu" di air itu yang menyembuhkan. "Mungkin ada kandungan di dalam air itu yang dapat menyembuhkan rasa sakit di kaki saya," ujarnya.
Kisah Syarif lain lagi. Malam itu, katanya ada suara bergemuruh dari arah parit. Karena hujan lebat, tak seorang pun yang pergi ke sana. "Paginya kami lihat rumput yang ada di rawa itu sudah hilang dan bersih. Kalau ada orang membersihkan parit biasanya terlihat ada rumput di pinggir parit. Ini tidak ada sama sekali, paritnya bersih dari sampah dan rumput. Padahal sebelumnya rumput yang ada di sana bisa dipijak karena tanahnya keras, " kata Syarif.
Datangkan Rezeki
Bagaimanapun cerita khasiat air itu telanjur menyebar. Mirip kisah dukun cilik Ponari di Jombang, Jawa Timur, warga mulai banyak berdatangan. Hal ini dimanfaatkan oleh warga setempat. Mereka menjadi tukang parkir dadakan. Seorang di antanya, Ramli, mengaku, sehari minimal memperoleh Rp 500 ribu dari usaha parkir dadakannya itu. Ia mematok tarif Rp 1.000 per orang. "Tiap hari pengunjung semakin bertambah dalam sehari kadang sampai 2.000 hingga 3.000 orang," katanya.
Rezeki juga dirasakan Asni, penjual makanan, yang rela tidur bergantian dengan anggota keluarga lainnya dekat di lokasi parit itu."Pengunjung tidak ada habisnya, bahkan sampai tengah malam. Biasanya mereka suka makan di kedai kami. Itu juga berkah bagi kami," ungkapnya.
Warga lain memanfaatkan ramainya kawasan itu untuk menarik sumbangan. Ada kotak amal yang sengaja dipasang di dekat parit. Setiap hari kotak tersebut minimal berisi uang sekitar 1 juta. "Uang tersebut akan kami sumbangkan untuk pembangunan desa," ujar Bahar, warga setempat.